Alkisah lagi ketika saya harus
mengikuti PPL karena suatu hal (uapakah?). dikisahken saya PPL di Kendal yang
memakan waktu 45 menit dari UNNES Sekaran. Saya tidak merasa tegang karena ada
3 orang teman dari pendidikan bahasa jepang alias satu prodi dengan saya. Yang
untungnya saya sudah paham dengan mereka bertiga. Saya hanya takut tidak bisa
membaur dengan teman-teman PPL yang lain karena pada dasarnya saya ini tertutup
dan agak pasip kalau harus bertemu dengan teman baru. Alhasil, setelah beberapa
minggu mengenal mereka “ Jebul nyenengke karo cah2 iki.” Dan saya memutuskan
untuk kos di Kendal saja daripada di kos UNNES. Ternyata keputusan saya salah. Pertama,
saya ditinggalkan penghuni kamar yang lain karena mereka hanya setor uang sama
bapak kos tapi nggak di tempatin kos.nya sampai mau habis masa berlakunya.
Kedua, MAKANAN DI SINI MAHAL-MAHAL!!!! Maklum sih karena disini bukan daerah
pendidikan kaya’ di UNNES. Kalau di UNNES ‘kan udah harga mahasiswa. Disini mah
harga rumah tangga.
Ah, dua hal itu bukan masalah kalau
udah masuk sekolah. saya senang dengerin cerita temen-temen di PPL. Yah, saya
ini manusia asuransi, always listening, always understanding. Daripada
ngomong, saya lebih baik mendengarkan cerita orang lain. Jarang ‘kan ada orang
lagi ngomong dengan semangatnya eh dicuekin. Soalnya saya juga sering ngalamin
itu dan saya juga sebel. Makanya saya coba mendengarkan cerita mereka disaat
beberapa orang sibuk dengan HP mereka. Betapa bahagianya saya di PPL. Saya bisa
jadi diri saya dan semua sayang sama saya. Efek dari masa lalu membuat saya
tidak bisa leluasa berteman. Yah, hal yang baik karena dijaman ini banyak teman
yang nyerang dari belakang. Seperti kata-kata yang saya kutip dari TV “ musuh
yang paling kejam adalah teman yang paling dekat.” Begitu katanya. Semakin
hari, saya semakin menyukai PPL. Bukan menyukai sekolah dengan orang-orang
egois yang tidak bisa menerima keberadaan oranglain tapi menyukai anak-anak PPL
dg sikap dan sifat mereka yang berbeda2.
Pertama kalinya saya merasa senang
bertemu dengan teman baru. Dulu saya seneng mengenal anak-anak TKJ, anak-anak
PRAMUKA SAKA WANABHAKTI, anak-anak SHIPUDEN.comm, anak-anak J-ROCKSTAR WONOSOBO,
anak-anak LONTONG yang berenam, anak-anak JAICO dan sekarang anak-anak PPL,
mungkin nantin anak-anak KKN. Ah… saya punya banyak sekali teman. Bahagia?
Pasti, tapi bagaimana setelah itu? saya pernah berpikir kalau persahabatan itu
nggak abadi. Kenapa? karena kelak kita akan punya dunia masing-masing. Mereka
dengan dunia mereka dan saya dengan dunia saya. Kita juga nggak melulu mikirin
sahabat kita yang satu atau dua atau tiga orang ntu. Sahabat itu sebagai wadah
ketika kita senang, kecewa, sedih, marah. Hanya bersama sahabat kita membagi
perasaan2 itu. tapi kelak saya yakin kalau kita akan menemukan sahabat sejati
kita. SUAMI atau ISTRI. Sahabat sejati yang sekarang juga ada, ORANGTUA!
Punya teman atau sahabat itu
menyenangkan. Apalagi punya banyak, rasanya dunia begitu lengkap. Sayangnya
saya Cuma punya 1 sahabat di rumah dan 1 sahabat di kampus. Yang lainnya hanya
sekedar teman tapi itu sudah lebih dari cukup. Masa lalu yang mengekang saya
untuk pilih2 teman membuat saya susah punya sahabat yang agak banyak. Yah,
itulah kehidupan saya. Tidak banyak orang yang dididik keras seperti saya,
maklum anak tentara. Tapi saya tetap bersyukur dilahirkan di keluarga militer
karena biarpun saya cinta bgt sama jepang, sama tidak lupa dengan tanah air
kita yang tercinta, INDONESIA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar