Jumat, 06 September 2013

Novel Tentang Wonosobo part 2


2.


Archie masih belum bisa melupakan sosok aneh yang sempat mampir dalam ingatannya itu. Dia tidak tahu apa-apa tentang ‘penampakan’ makhluk yang entah makhluk apa itu. Di dalam kamar, dia terus memikirkan hal itu hingga panggilan kakeknya membuat Archie keluar dari kamarnya. “ Ada apa, Kek??” tanya Archie melongokkan kepala dari pintu kamarnya.
Tuh lihat… kalau kaya’ gitu masa’ nggak mungkin ada penunggunya.”
“ Maksudnya apa sih, Kek?” kali ini Archie yang mulai penasaran, keluar dari kamar dan duduk disebelah kakeknya.
“ Ya itu, masa’ di Gunung Kembang ada benda yang mirip sama sayap kupu-kupu… tapi mana ada sayap kupu-kupu gedhe-nya hampir tiga meter, terus kupu-kupunya berapa besar??? Kalau nggak ada penunggunya, terus itu apa?” jelas Kakek Archie.
“ Gunung Kembang… kaya’ yang diceritain Dio. Terus, apa masih belum ada penjelasan dari Dinas Perhutanan?”
“ Belum… katanya masih mau di teliti sama peneliti yang suka meneliti benda-benda purbakala itu lho… tapi ya jadi wagu (aneh) kalau itu adalah benda purbakala. Lha wong nggak terkubur ditanah kok, lagipula mana ada manusia yang punya sayap dijaman dulu…”
“ Mungkin itu bukan sayap manusia, Kek…”
“ Hewan? Emang jaman dulu ada hewan yang punya sayap warnanya silver bling-bling kaya’ gitu?? Terus kenapa benda yang nggak terkubur ditanah itu baru aja ditemuin? Bukannya itu jalur yang sering dilewati orang-orang dari Dinas dan para pendaki Gunung Kembang??”
“ Kakek berisik!!!!” marah Arya dari dalam kamarnya yang berdekatan dengan ruang tengah.
“ Biarin!!!!” teriak kakek Archie tidak mau kalah.
“ Kalau dipikir-pikir… omongan kakek bener deh. Benda itu kalau dipegang langsung hancur, kalau benda purbakala… ya udah jelas bakal hancur nggak tersisa…” sahut Archie tidak mempedulikan teriakan Arya.
“ Nah… ‘kan, bener apa kata kakek. Pasti yang punya benda itu ya penunggu Gunung Sindoro kaya’ yang dilihat sama penduduk di lereng Gunung Sindoro itu…”
“ Penunggu gunung?? Kakek percaya kalau Sindoro, Sumbing sama Dieng ada penunggunya?”
“ Pasti ada… setiap tempat pasti ada penunggunya.”
“ Jadi, makhluk yang terbang di langit pas malam tahun baru itu penunggu Sindoro?”
“ Ya, kakek nggak tahu itu penunggu yang mana, tapi jelas kalau mereka itu makhluk penunggu diantara ketiga tempat itu.” Archie terdiam sembari terus memandang layar televisi.
Dia kemudian ingat sosok yang ‘mampir’ dalam ingatannya ketika Ike menunjukkan foto sayap berwarna silver yang ditemukan ayah Dio yang bekerja di Dinas Kehutanan. Archie tidak tahu, sosok itu hanya imajinasinya saja atau memang benar kalau itu adalah sosok yang dilihat para penduduk lereng Sindoro.
Beberapa saat kemudian, Archie kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya ditempat tidur. Dia mencoba memejamkan matanya, tapi saat suasana jadi gelap, Archie kembali melihat sosok berbadan tegap dengan sayap dipunggungnya. Hal itu terjadi berkali-kali membuat Archie ketakutan sendiri karena jika terus begini, dia tidak akan bisa tidur.
Archie berusaha tidak mengingat sosok bersayap itu, tapi tidak bisa menghindarkannya dari penglihatan sesuatu yang tidak diketahui jenisnya itu, manusia atau hewan. Akhirnya tepat pukul 03.20, Archie mulai bisa menutup matanya tanpa dihantui sosok yang belum pernah dilihatnya tersebut.

ý ý ý ý ý ý ý

Esok harinya dengan kantong mata yang menghitam, Archie berusaha menemui teman-temannya yang sudah siap menuju Dieng seperti yang sudah disepakati kemarin. Namun, dengan keadaan Archie yang seperti ini, dia tidak akan sanggup untuk pergi kemanapun. Yang dia butuhkan sekarang adalah tidur dengan jangka waktu yang lama sampai dia benar-benar kembali seperti semula.
Hingga akhirnya kelompok pecinta hal-hal misterius ini memutuskan untuk tidak menyelidiki langsung ke Dieng. Dio, Ike, dan Rudi hanya bisa mengikuti kemauan Archie yang mereka anggap sebagai ketua kelompok mereka. Setelah teman-temannya pulang, Archie kembali merebahkan badannya di tempat tidur dan mencoba tidur. Masih seperti semalam, tiap kali dia menutup mata, bayangan makhluk tidak jelas itu terus membayanginya.
Kenapa aku yang harus dilihatin penampakan makhluk yang nggak jelas ini? Apa ini ada hubungannya sama aku? ’ tanya Archie dalam hati. Beberapa saat kemudian, bunga tidur mulai menguasainya.
“ Archie… bangun sayang, ini udah sore!!” teriakan Ibu Archie dari luar kamarnya membuat Archie terbangun.
“ Eng… ini jam berapa sih?” tanyanya sambil melihat ke arah jam dinding bergambar idolanya, GIRUGAMESH, band visual kei Jepang. “ HAAAH???!!!!” teriak Archie saat tahu bahwa sekarang sudah jam 5 sore.
“ Ibu kok nggak bangunin aku.”
“ Lha, ‘kan udah tiga kali dibangunin… tapi kamunya tidur kaya’ kerbau, ibu udah teriak-teriak nggak jelas tapi kamu nggak bangun-bangun.”
“ Masa’ aku tidurnya kaya’ kerbau…”
“ Iya… denger kalau kakakmu teriak gara-gara rotinya dimakan kakek? Atau denger waktu ibu banting panci gara-gara ada kecoa?”
“ Eng… enggak.”
“ Nah, udah jelas ‘kan? Udah sana buruan mandi… terus makan, daritadi kamu belum makan ‘kan??”
“ Iya.” Archie bergegas mandi dan makan karena seharian ini dia menghabiskan waktu hanya untuk tidur.
Sambil makan, Archie mencoba mencari informasi tentang ‘kasus’ yang dia tangani dengan menonton berita di televisi.
Benar saja, kali ini di program berita salah satu televisi ada wawancara dengan para petugas patroli dari Dinas Kehutanan Kabupaten Wonosobo yang menemukan benda mirip sayap berwarna silver di Gunung Kembang. Ayah Dio yang jadi ‘bintang’ dalam berita itu karena dia adalah orang yang pertama kali menemukan benda aneh tersebut.
“ Itu Ayahnya Dio ‘kan?” tanya Ibu Archie sambil duduk disebelah Archie.
“ Iya, Bu… Ayahnya Dio yang pertama kali nemuin benda itu.” sahut Archie.
“ Cuma nemuin benda yang nggak jelas gitu aja, mendadak terkenal…”
“ Apanya benda yang nggak jelas?? Itu ‘kan udah jelas sayap… sayap!!”
“ Sayap apa segedhe itu? Sayap apa yang warnanya perak? Sayap apa yang dipegang langsung hancur? Apa??”
“ Eng… nggak tahu.”
“ Makanya ibu bilang nggak jelas.”
“ Tapi…”
“ A-P-A???”
“ Ng… Bu, ibu percaya kalau aku dihantui makhluk yang KAYA’NYA itu adalah makhluk yang dilihat penduduk lereng Gunung Sindoro?” ibu Archie menatap anaknya itu lekat-lekat. Archie memang selalu bersemangat saat berbicara tentang alam yang selalu dikaguminya tapi kali ini dia tidak hanya berbicara dengan semangat, ekspresi wajah Archie juga terlihat sangat serius.
“ Ibu nggak percaya. Itu pasti Cuma imajinasi kamu aja… gara-gara kebanyakan nonton berita kaya’ begini.”
“ Archie serius bu… pasti ada sesuatu yang bikin aku terus dihantui makhluk itu. Archie yakin kalau makhluk yang dilihat Archie sama kaya’ makhluk yang dilihat warga gunung Sindoro…”
Ibu Archie menghentikan aktifitasnya dan menatap Archie. Kemudian ibu Archie menghela nafas panjang.
“ Kamu mirip sama ayahmu… imajinasinya besar, suka berpetualang dan keras kepala. Ibu yakin kalau ayahmu masih hidup, kalian berdua akan menyelidiki masalah ini bersama-sama.”
“ Karena sekarang ayah nggak ada, makanya aku minta tolong sama ibu… tapi, Archie yakin kalau ibu nggak akan mau menyelidiki masalah ini.”
“ Ibu nggak punya imajinasi sekuat kamu dan ayahmu, makanya ibu nggak bisa bantu banyak… udah, nggak usah dibuat serius… nasinya dihabiskan dulu, setelah itu kerjain tugas rumahnya.”
“ Iya.” Archie pun menuruti perintah ibunya menghabiskan makanannya dan bergegas ke kamar untuk mengerjakan PR-nya.
Sembari mengerjakan tugas Kimia-nya, sesekali Archie memikirkan makhluk aneh itu. Otak imajinasinya mulai berpikir. Siapa tahu kalau makhluk itu memang penghuni gunung yang ingin meminta tolong padanya. Archie mangacak-acak rambutnya sendiri karena tahu kalau imajinasinya terlalu besar. Namun ketika dia berpikir tentang alam yang mulai terusik, Archie mencoba untuk mempercayai bahwa makhluk itu memang meminta tolong padanya.

ý ý ý ý ý ý ý

“ Selamat pagi anak-anak!!” teriak Surya, guru bahasa Inggris di sekolah Archie.
“ PAGIIIII……. PAAAAAKKKK……”
“ Wah, semangat nih… eh, lha itu ketua kelas kalian kenapa itu? Pagi-pagi udah lemes kaya’ belum sarapan.” sahut Surya pada Archie yang menyandarkan kepalanya di meja.
“ Eh, saya pak?” tanya Archie.
“ Iya… emangnya ketua kelas disini siapa lagi kalau bukan kamu??”
“ Maaf pak… semalam nggak tidur.”
“ Halah, masih kecil udah begadang segala… ngapain? Ngerjain tugas?”
“ Enggak bisa tidur pak…”
“ Ya udah, sana cuci muka dulu… ‘ntar malah tidur dikelas lagi.”
“ SIAP!!!” teriak Archie sambil berjalan keluar kelas menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Wajar saja kalau akhir-akhir ini Archie jarang tidur karena tiap kali tidur, dia selalu dihantui bayangan manusia bersayap itu. Semakin lama, bayangan itu semakin jelas.
“ Archie!!!” teriak seseorang dibelakang Archie membuatnya terkejut.
“ Ike!!! Ngapain kamu disini??”
“ Aku bilang sama Pak Surya kalau perutku sakit… jadi beliau menyuruhku ke UKS.”
“ Cuma alasan?”
“ Iya… aku khawatir sama kamu, soalnya akhir-akhir ini kamu jarang tidur dan sering mengantuk di kelas. Kamu juga nggak pernah cerita penyebabnya, aku jadi bingung…”
“ Nggak usah dipikirin… UKS yuk, kita bolos.” kata Archie sembari merangkul Ike menuju keluar kamar mandi. “ Bolos nggak ngajak-ngajak…” sahut seseorang diluar kamar mandi perempuan dan ternyata Dio dan Rudi.
“ HEE??!! Jangan-jangan kalian berdua juga alasan sakit sama Pak Surya??”
“ Aku bilang diare…” kata Dio.
“ Aku bilang mau nemenin Dio…” kali ini giliran Rudi dengan senyuman khasnya.
“ Kalian ini!!!” Archie dan yang lainnya memutuskan untuk membolos bersama dengan alasan yang macam-macam dan tujuan mereka sekarang adalah UKS, tempat yang biasa mereka datangi. Hal itu karena petugas kesehatan disana, Nuri yang masih muda, sama seperti mereka, menyukai alam dan segala misteri yang ada di dunia ini. Jadi, jika mereka berlima berkumpul akan sangat pas karena obrolan mereka tidak akan jauh dari alam, misteri dan sejenisnya.
“ Kali ini apa lagi??” tanya Nuri yang masih berkutat dengan catatannya.
“ Biasa, Bu… Archie lagi nggak jelas.”
“ Kamu kenapa Chie??”
“ Itu… sebenarnya udah beberapa hari ini saya nggak bisa tidur, Bu…”
“ Kenapa?”
“ Emm… gimana ya. Tiap kali saya tidur, saya selalu lihat penampakan makhluk aneh… makhluk yang sama dengan yang dilihat penduduk lereng Gunung Sindoro.” jelas Archie membuat Nuri meninggalkan catatannya dan focus dengan cerita Archie.
“ Kamu pernah lihat makhluk itu??”
“ Belum pernah secara langsung… Cuma waktu mau tidur, pasti ada bayangan makhluk bersayap itu.”
“ Kok kamu nggak cerita masalah itu??” tanya Rudi.
“ Maaf, aku Cuma nggak mau gegabah… aku takut kalau ternyata bayangan itu Cuma imajinasiku dan kalian bakal bilang kalau aku pembohong.”
“ Bukan masalah itu, Chie… kalian itu berteman, harusnya kalau ada apa-apa ya bicara, ngomong, bukan ditutup-tutupi seperti ini. ‘Kan akhirnya kamu sendiri yang kebingungan menghadapi masalah itu.”
“ Iya, Bu… maaf.”
“ Terus, darimana kamu yakin kalau makhluk di mimpimu sama makhluk yang dilihat penduduk lereng Gunung Sindoro itu makhluk yang sama??” tanya Dio.
“ Sama-sama punya sayap dan berbadan besar.”
“ Cuma itu?” heran Nuri. “ Iya… tapi, semakin lama bayangannya semakin jelas… dia seperti mau minta tolong sama saya.”
“ Aa! Jangan-jangan kamu orang terpilih yang dipilih sama makhluk itu untuk bisa membantu mereka. Kamu ‘kan paling mencintai alam diatara para anggota PA, siapa tahu mereka memilihmu karena itu.”
“ Bintangmu apa, nak?” tanya Nuri tiba-tiba sambil menepuk pundak Ike pelan, “ Sagitarius, bu… kenapa?” sahut Ike polos.
“ Wah, kamu cocok kerja jadi pengarang novel fantasi.”
“ Bu Nuri malah becanda…”
“ Ya, kamu juga aneh. Buat apa makhluk yang bisa terbang dan berbadan besar itu minta tolong sama Archie yang notabene manusia biasa yang badannya kecil begini.”
“ Siapa tahu, bu… kaya’ di anime-anime gitu. Ada satu hal yang hanya bisa dilakukan sama manusia biasa kaya’ Archie.”
“ Tuh, ‘kan… kamu emang cocok jadi pengarang novel fantasi.”
“ Sepertinya, apa yang dikatakan Ike benar…” sahut Rudi.
“ Syukurlah ada yang belain.”
“ Maksud kamu benar, gimana?”
“ Gini bu… sekarang kita pikir pakai logika. Ng… nggak sepenuhnya pakai logika juga sih…”
Lanjut Rudi kemudian, “ Kalau ada makhluk yang tiap hari mampir dimimpi kita, apa nggak terlalu aneh kalau memang nggak ada apa-apa… lagipula seandainya benar kalau makhluk yang dilihat Archie itu sama dengan makhluk yang dilihat penduduk lereng Gunung Sindoro, pasti sesuatu telah terjadi di gunung itu.”
“ Tunggu… yang jadi pertanyaannya, kenapa mesti aku yang mereka pilih?”
“ Nah, itu yang aku nggak tahu.”
“ Yaaaahhh…… kirain…” sahut semuanya hampir bersamaan. Mereka tetap meneruskan pembicaraan mereka sampai jam istirahat pertama.
Pertanyaan demi pertanyaan terus muncul dipikiran Archie setelah obrolan bersama Nuri. Dia jadi semakin tidak paham dengan keberadaan makhluk yang sebenarnya ada atau tidak. Sekalipun ada, lalu apa hubungannya dengan Archie dan kenapa makhluk itu memilihnya. Saat pernyataan itu menguat, teman-temannya banyak berspekulasi membuat Archie jadi bimbang. Keinginannya sekarang hanya satu, segera mengetahui kebenaran dari masalah ini.

ý ý ý ý ý ý ý

“ Archie!” teriak seseorang mengagetkan Archie yang sedang merapikan matras di markas Pecinta Alam, Rian. Rian memang masuk Pecinta Alam membuat Archie sangat-sangat-sangat bahagia karena kesamaan hobi mereka dengan alam. “ Eh? Aa… Kak Rian, ngagetin aja… a… ada apa??”
“ Kamu yang ada apa… Lagi banyak pikiran ya? Dari tadi aku lihat, kamu nggak konsentrasi ke rapat.”
“ I… iya… sebenernya lagi pusing mikirin banyak hal.”
“ Apa ini ada hubungannya sama kejadian di Wonosobo?”
“ Eng… mungkin iya.”
“ Wah, kaya’nya menarik nih… apa yang kamu pikirin?” sahut Rian sembari duduk dikursi depan Archie.
“ Makhluk yang dilihat sama penduduk lereng Gunung Sindoro… Aku pernah lihat walaupun masih belum pasti itu makhluk yang sama atau nggak…”
“ Serius?! Kamu pernah lihat makhluk itu? Kaya’ apa bentuknya?”
“ Sebenarnya sih sama persis kaya’ yang dijelaskan penduduk lereng Gunung Sindoro. Punya sayap yang besar, badannya lebih besar daripada manusia, dan yang jelas dia bukan burung… lebih mirip manusia.” jelas Archie.
“ Hebat… kamu keren banget!!! Tapi, darimana kamu tahu itu? Pernah ketemu?”
“ Belum… aku terus dihantui bayangan makhluk itu waktu mau tidur. Semakin lama, bayangannya semakin jelas… Itu sebabnya aku sering ketiduran dikelas…”
“ Kalau kamu belum pernah ketemu sama makhluk itu… mana bisa tahu makhluk itu adalah makhluk yang sama kaya’ penampakan di Gunung Sindoro. Siapa tahu itu Cuma imajinasimu aja.”
“ Makanya aku masih bingung, Kak… kalaupun bener, kenapa mesti aku.”
“ Kamu pasti manusia terpilih… diantara beribu-ribu penduduk Wonosobo dan diantara bermilyar-milyar penduduk dunia, kamu adalah orang yang dipilih sama mereka.”
“ Temen-temenku juga bilang gitu… tapi sebelum aku yakin kalau makhluk itu ada atau nggak, aku bakal terus dihantui makhluk bersayap itu.” kali ini Archie menghela nafasnya saat tahu kalau dia akan terus dibayang-banyangi sesosok makhluk yang tidak diketahui jenisnya itu.
“ Ya, pertanyaan kita semua… sebenarnya makhluk itu ada atau enggak? Sekalipun ada, terus tujuan mereka itu apa? Kenapa mereka ada disini? Dan kalaupun nggak ada, terus yang dilihat penduduk di lereng Gunung Sindoro itu makhluk apa??” tanya Rian.
“ Itu juga pertanyaan yang ada di otakku…”
“ Oh, iya… kamu mau ikut muncak ke Sindoro?”
“ Dalam keadaan kaya’ gini aku masih nggak berani muncak… tapi, aku pingin banget cari kebenarannya…” sahut Archie menaruh matras ketempatnya.
“ Yah, kita pergi ke Sindoro bukan Cuma mau observasi kaya’ biasa tapi karena mau menyelidiki masalah ini juga… kita ‘kan nggak sendiri, ah maksudnya PA nggak sendiri karena ada teman-teman pramuka saka wanabhakti, beberapa orang dari Dinas Kehutanan Wonosobo juga ada…”
“ Kalian ikut?” tanya Archie pada tiga temannya yang masih mengobrol di ujung ruangan.
“ Jelas dong… kapan lagi muncak ke Sindoro bareng-bareng sama orang-orang yang mencintai alam selain anak-anak PA.”
“ Kak Rian… ikut juga?”
“ Iya jelas… ayo ikut. Siapa tahu kamu bisa tahu kebenarannya waktu muncak ke Sindoro.”
“ Benar juga…”
“ Nggak usah khawatir… nggak akan ada hal parah yang terjadi di Sindoro. Percaya deh, pulang dari Sindoro, kita bakal mengungkap semua tabir kehidupan makhluk yang ditengarai berbadan manusia tapi punya sayap itu.” kata Rian sembari menirukan gaya bicara yang khas dari presenter salah satu stasiun televisi swasta.
“ Kak Rian lebay banget.” sahut Ike diikuti tawa Rudi dan Dio.
“ Hahahaha…… biar si Archie nggak stress.” Archie hanya bisa terdiam saat Rian mengacak-acak rambutnya. Wajahnya bersemu merah membuat Ike, Rudi dan Dio cekikikan tidak jelas.
Hanya saat berbicara tentang apa yang dia sukai saja, Archie tidak terlihat gugup berbicara dengan Rian. Begitu dia ingat kalau lawan bicaranya adalah Rian, darahnya bergejolak, jantungnya berdetak kencang, tangannya dingin dan wajahnya memerah. Kemudian dia akan mencari tempat untuk berteriak.

ý ý ý ý ý ý ý

“ Gimana sama makhluk yang selalu menghantuimu itu?” tanya Ike saat keempat sahabat ini sedang berada di kantin.
“ E-N-G-G-A-K—T-A-H-U…” Archie terus menyandarkan kepalanya di meja sambil menutup mata.
“ Semalam nggak tidur lagi?” tanya Dio sambil makan tempe kemul dihadapannya.
“ Mmmm… semalam lebih parah.”
“ Maksudnya parah? Kamu ketemu langsung sama makhluk itu?” tanya Ike penasaran.
“ Enggak… tapi bayangannya semakin lama semakin jelas. Aku bisa lihat badannya yang bener-bener mirip manusia… tapi aku masih belum bisa tahu wajahnya.”
“ Dia bener-bener punya sayap, Chie?”
“ Ya… sayapnya lebih mirip kaya’ daun.”
“ Daun?????” ketiga sahabat Archie menatap aneh ke arah Archie.
“ Kalian pasti berpikir kalau ini Cuma imajinasiku aja… tapi beneran, sayap yang nempel di belakang punggungnya itu daun.”
“ Manusia setengah tumbuhan?” tebak Ike.
“ Nggak tahu deh dia persilangan apa…”
“ Wah… jadi pingin cepet-cepet besok.” celetuk Dio.
“ Kenapa, Yo?” tanya Rudi sambil memakan kerupuk didepannya.
“ Biar tahu wajah dari makhluk itu… semakin lama, bayangan makhluk itu ‘kan semakin jelas… jadi, kita semakin tahu makhluk itu.”
“ Hei… pikirin aku juga donk yang mesti nggak tidur gara-gara makhluk itu.”
“ Kenapa kamu harus nggak tidur? Lebih baik kamu tidur biar tahu lebih jelas makhluk itu.”
“ Kamu sih, nggak ngalamin… aku yang ngalamin tahu!!!”
“ Ya, itu ‘kan resiko makhluk terpilih.”
“ Ah!!!!” Archie kembali menyandarkan kepalanya di meja dan menutup matanya. “ minggu depan kita mau muncak ke Sindoro… menurut kalian, kita bakal menemukan kebenarannya disana?” tanya Archie.
“ Iya… aku yakin, dengan kita pergi ke TKP, semuanya akan jelas.” sahut Rudi.
“ Sebenernya PA sama pramuka saka wanabhakti ke Gunung Sindoro Cuma mau lihat keadaan disana tapi dari pihak Dinas Kehutanan pingin ikut menyelidiki langsung masalah makhluk yang meresahkan itu.”
“ Katanya anak-anak nggak Cuma ke Sindoro kok… kita disuruh menyebar. Ada yang ke Telaga Warna, Dieng, Sumbing, sama beberapa gua di kawasan Dieng.” sambung Rudi.
“ Tapi… dalam keadaan yang sedang kacau gini, apa nggak sebaiknya nggak usah dipencar? Bisa bahaya ‘kan kalau berpencar gitu… Sindoro sedang nggak bersahabat sama orang Wonosobo… Sumbing, Dieng, Telaga Warna juga…”
“ Nggak ada hubungannya sama bersahabat atau nggak. Kita Cuma menjalankan tugas sebagai kelompok pecinta alam yang benar-benar mencintai alam… kita ‘kan mau melindungi alam ini, melindungi Sindoro-Sumbing, melindungi Wonosobo.”
“ Tumben banget kamu ngomong kaya’ gitu, Yo…”
“ Efek dari perubahan cuaca ekstrim.”
“ Mulai lagi deh…”
“ Tenang aja, Chie… kata Pak Sunan, dalam satu kelompok, kita bakal bareng-bareng… mungkin tiap kelompok ada perwakilan PA, Wanabhakti terus dari Dinas Kehutanan. Kemungkinan terburuk yang akan terjadi ke kita Cuma 10%... dan 10% itu, masih bisa ditangani sama orang-orang disekitar kita.” kata Rudi menenangkan Archie yang sepertinya masih ragu untuk ikut bersama mereka.
“ Tapi…”
“ Kamu jadi ikut nggak? Kalau enggak juga nggak masalah kok, Chie… nanti biar kita bertiga yang cari kebenaran tentang makhluk itu.”
“ Ya… baiklah, aku ikut muncak.”
“ YEEEEE!!!!!” teriak Ike, Rudi dan Dio sambil mengangkat tangan mereka. Ketakutan Archie hanya satu. Dia takut jika ternyata makhluk yang menghantuinya itu adalah makhluk jahat yang akan memusnahkan umat manusia. Namun ketika tahu kebodohannya tentang makhluk itu, Archie membuang jauh pikiran itu. Tentu saja, karena Archie bahkan belum tahu makhluk itu ada atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar