AKU
BERJALAN, MELINTASI MALAM. KUMENEPI DI SEJUKNYA PAGI. MENGADUK KHAYALAN,
MENGGUGAH KENANGAN. AKAN LUKISAN ALAM TERCIPTA SEMPURNA DISANA.
NAMUN
KU TERSENTAK PANDANGI SEMUA. ENGKAU T’LAH BERUBAH, TAK LAGI SAMA. ENGKAU TAK
LAGI INDAH, ENGKAU TAK LAGI GAGAH. MEREDUP, MEMUDAR, MERADANG MENAHAN DERITA.
MENANGIS…
SOBAT
KUBERTANYA, APA YANG ‘KAN TERSISA. UNTAIAN KEINDAHAN, SEMUA T’LAH SIRNA.
TERGILAS RODA JAMAN, DILIBAS KEANGKUHAN. HEI SOBAT, BERBUATLAH… SEBELUM BENCANA
MELANDA…
MENANGIS…
KEHANCURAN
KAR’NA ULAH MANUSIA. AKAL TERSINGKIR TAK LAGI BICARA. NAFSU SERAKAH MEMBAKAR,
MENJAJAH. KEKUASAAN PUN TAK MAMPU HENTIKAN… BENCANA…
SOBAT
KUBERTANYA, APA YANG ‘KAN TERSISA. UNTAIAN KEINDAHAN, SEMUA T’LAH SIRNA.
TERGILAS RODA JAMAN, DILIBAS KEANGKUHAN. HEI SOBAT, BERBUATLAH… SEBELUM BENCANA
MELANDA…
SEBELUM BENCANA MELANDA BY: KARTOS
1.
“ [12/2]
Kebakaran kembali terjadi di lereng Gunung Sumbing. Tidak ada yang tahu benar
asal api tapi beberapa orang yakin kalau itu ulah masyarakat sekitar yang ingin
membuka lahan baru di lereng Gunung Sumbing. Beberapa hari yang lalu, kejadian
yang sama terjadi di kawasan gunung Dieng juga lereng Gunung Sindoro. Sampai
saat ini polisi belum bisa menangkap pelaku karena tidak adanya bukti yang kuat
untuk mengetahui siapa pelaku pembakaran…[lihat selengkapnya ke hal.7]”
Archie
menutup Koran yang belum selesai dibaca dan mengembalikannya ke meja disudut
ruang tamu. Beberapa saat kemudian dia sudah siap di meja makan bersama dengan
kakek, ibu dan kakak laki-lakinya, Arya, sedangkan Ayah Archie sudah meninggal
beberapa tahun yang lalu karena kecelakaan kerja di Jepang. Archie memang punya
sedikit darah Jepang dari kakeknya yang orang Jepang asli. Umur 5 tahun, Archie
sempat pindah ke Jepang dan saat masuk SD, Archie kembali ke kota kelahirannya
di Wonosobo.
Sekarang
Archie sudah berumur 15 tahun dan baru tahun ini masuk SMA, tepatnya sebuah SMK
Negeri di Wonosobo. Dia masuk di jurusan TKJ, Teknik Komputer Jaringan karena
sangat suka dengan Komputer. Kakaknya, Arya, hanya terpaut satu tahun darinya
dan bersekolah di sekolah yang sama dengan Archie. Jurusannya RPL, Rekayasa
Perangkat Lunak, sama-sama berhubungan dengan Komputer tapi Archie mempelajari
hardware sedangkan Arya lebih ke software.
Meski
terlihat akrab, sebenarnya mereka berdua tidak pernah bisa akur bahkan saat
ibunya menyatukan mereka di kamar yang sama (meski akhirnya mereka menempati
kamar yang berbeda). Hal itu disebabkan karena perbedaan sifat diantara mereka
berdua, Arya dengan sifat cuek juga juteknya dan Archie dengan sifat tomboy
juga cerewetnya. Jika Archie percaya dengan legenda atau mitos, Arya sama
sekali tidak percaya dengan legenda atau mitos. Dia lebih suka berpikir secara
logis.
“
Beberapa hari ini banyak hal terjadi di kota ini.” kata Arya.
“
Iya… Wonosobo jadi terkenal karena televisi selalu memberitakan tentang sesuatu
yang terjadi disini. Kebanyakan mengenai alam Wonosobo yang semakin lama
semakin rusak.”
“
Sekarang jaman udah berubah, manusia semakin hari semakin tidak mempedulikan
lingkungan sekitar dan ngebut untuk
pembangunan lebih dan lebih…” jelas ibu Archie sembari menuang susu coklat ke
gelas milik Archie.
“
Archie setuju sama ibu… kata Pak Danu, hutan di Indonesia udah mulai berkurang
karena pembalakan hutan untuk membuka ladang baru… mereka nggak tahu apa yang terjadi
di masa depan kalau hutan habis dan nggak ada satu pun pohon… manusia bakal
punah karena kehabisan pasokan udara.”
“
Sok tahu!” sahut Arya sembari memukul kepala adiknya itu pelan. “ Bukan sok
tahu… orang Pak Danu sendiri yang bilang. Lagian waktu kumpul pecinta alam,
kakak senior pada ngobrolin soal hutan di Dieng, Sindoro sama Sumbing…”
“
Hati-hati kalau nanti ikut PA pergi kemana-mana… pokoknya kalian harus ijin
dulu sama ibu.”
“
Ijin juga sama kakek.”
“
Iya, bu… iya, kek…” Archie kembali memakan roti isinya dan berpamitan untuk
berangkat ke sekolah. Karena rumahnya tidak jauh dari sekolah, dia dan Arya
berjalan kaki untuk menuju ke sekolah.
Di
jalan, seperti biasa, Archie selalu bertemu dengan teman sekelasnya, Ike, Rudi
dan Dio yang rumahnya juga tidak jauh dari sekolah. Mereka berempat memang
sangat akrab karena sama-sama menyukai alam dan mereka juga menyukai sesuatu
yang tidak bisa diterima oleh logika manusia. Walau selalu diejek oleh teman
sekelas mereka karena dianggap aneh, tapi mereka tidak peduli. Mereka percaya
kalau didunia ini tidak hanya ditinggali oleh manusia, hewan dan tumbuhan,
tetapi juga makhluk yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata. Mereka yakin
kalau makhluk itu tinggal bersebelahan dengan dunia manusia.
“
Kamu semua baca Koran pagi ini?” tanya Archie pada teman-temannya.
“
Baca… ini udah kedua kalinya dalam 6 bulan terakhir Sumbing kebakaran. Sindoro
sama pegunungan Dieng juga sering kebakaran…”
“
Polisi juga nggak lakuin apa-apa.”
“
Sssttt… ada yang punya title tuh.”
sahut Rudi sambil menunjuk kantor polisi yang mereka lewati saat menuju ke
sekolah. Dio hanya terdiam dan mempercepat langkah kakinya, diikuti
teman-temannya yang lain. “ Bukan Cuma salah polisi… Dinas Kehutanan sama warga
sekitar juga ikut ambil bagian melindungi Sumbing ‘kan?” kata Archie.
“
Kita sebagai anggota PA juga ikut ambil bagian tapi rumah kita nggak di lereng
gunung, makanya kalau ada kebakaran, kita nggak tahu.”
“
Hhhhh… aku kasihan sama kota kelahiranku ini. Tahu ‘kan waktu kemarin kita ke
Dieng? Orang-orang Dieng rajin banget ke kebunnya, nanam kentang, kol, carica,
tapi kehidupan mereka bener-bener parah. Rumah mereka masih dari anyaman bambu,
lantainya masih tanah, makan seadanya.” jelas Ike panjang lebar.
“
Nggak semua orang Dieng hidup kaya’ begitu… banyak juga orang Dieng yang kaya,
punya banyak mobil berkat tanaman kentang.”
“
Tapi banyak juga yang hidup sederhana.”
“
Mereka pasti udah bersyukur dengan keadaan mereka yang kaya’ begitu…”
“
Apalagi kemarin waktu ada bencana tanah longsor… ampun deh, aku nangis disana,
kalian lihat juga ‘kan? kasihan banget sama mereka.”
“
Asyek… lagi ngomongin Dieng pasti.” sahut seseorang saat Archie, Ike, Dio dan
Rudi tepat berada di didepan gerbang sekolah. Laki-laki berambut jabrik dengan
tas punggung besarnya berjalan mendekat kearah mereka. “ Pagi Mas Rian!!!”
sahut Ike dengan gaya centilnya.
“
Pagi… kalian lagi ngomongin Dieng?”
“
Iya. Mas, baca Koran pagi ini?” tanya Dio.
“
Koran? Enggak… orangtuaku nggak ada yang langganan Koran. Emang ada berita
heboh apa?”
“
Sumbing kebakaran lagi.”
“
HALAH!!!! Ini udah yang kedua kalinya… kenapa bisa kebakaran?”
“
Ya, karena api lah… masa’ kebakaran karena habis ujan. Mas Rian ada-ada aja.”
sahut Ike mencubit lengan Rian membuatnya meringis kesakitan.
“
Eh, Chie, Arya udah sehat?”
“
A… e… ah, Ka… Kak Arya… iya, udah sehat… tadi, berangkat duluan.”
“
Ok… pulang sekolah bisa ke alun-alun nih. Eh, aku masuk kelas duluan ya…”
“
Iya, Mas… dadah~” setelah Rian menjauh menuju kelasnya, Ike, Dio dan Rudi
langsung menatap aneh kearah Archie. Yah, Archie selalu nerves begini jika
bertemu dengan Rian. Bagaimana lagi, Rian adalah cinta pertama Archie yang
bertemu pertama kali saat SMP. Maklum saja, Rian adalah sahabat Arya sejak SMP.
Saat Rian bermain dirumah Arya, Archie selalu mengintip dari balik pintu dan
terkadang memfotonya diam-diam. Arya yang tahu kalau adiknya suka dengan
sahabatnya kadang menggoda Archie dengan mengatakan bahwa Rian menyukai cewek
lain. Padahal itu adalah suatu kebohongan.
ý
ý ý ý
ý ý ý
Beberapa
bulan belakangan ini pemerintah kota Wonosobo sedang disibukkan oleh ‘kasus-kasus’
yang terjadi di Wonosobo. Bukan hanya karena kebakaran yang sering melanda
Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing bahkan kawasan Dieng. Beberapa kejadian aneh
terjadi setelah itu. Dibuka dengan kejadian malam tahun baru yang menggemparkan
warga lereng Gunung Sindoro. Mereka melihat ‘penampakan’ makhluk bersayap
seperti burung tapi dalam jumlah besar dan ukuran mereka jauh lebih besar dari
manusia. Hal itu menjadi topic pembicaraan dimana-mana karena yang melihat
kejadian itu bukan hanya satu atau dua orang, tetapi warga satu kampung yang
saat itu sedang merayakan malam tahun baru. Beberapa warga percaya bahwa
makhluk-makhluk tersebut adalah para penjaga Gunung Sumbing yang mengungsi ke Gunung
Sindoro entah karena apa.
Kesimpulan
tersebut berdasar karena selang beberapa hari setelah itu, hewan-hewan liar
dari Gunung Sumbing berbondong-bondong turun gunung dan mencari tempat tinggal
di hutan-hutan dekat pemukiman warga. Warga mengkaitkannya dengan kebakaran
yang melanda hutan di lereng Gunung Sumbing. Setelah rumor-rumor yang beredar
di masyarakat perlahan mulai menghilang, mereka kembali dikejutkan dengan
serangan hama ulat bulu yang menyerang tanaman kentang dan beberapa lahan
pertanian warga. Setelah diteliti oleh dinas pertanian setempat, ulat-ulat bulu
tersebut diketahui berasal dari hutan-hutan di kawasan pegunungan Dieng. Masyarakat
Wonosobo kembali menyangkutpautkan kejadian di Gunung Sindoro-Sumbing dengan
kejadian di pegunungan Dieng. Apalagi di ketiga ‘titik penting’ tersebut
terjadi kebakaran hanya dalam jangka waktu enam bulan saja. Bahkan di Gunung
Sumbing sudah dua kali terjadi kebakaran.
Pemerintah
kota Wonosobo sampai mencari juru kunci Gunung Sindoro-Sumbing dan sesepuh di pegunungan
Dieng untuk mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi di tiga tempat
tersebut. Namun sampai saat ini berita tentang ketiga tempat tersebut masih
simpang siur. Tidak ada yang tahu kenapa bisa ketiga tempat itu terjadi bencana
dalam jangka waktu yang dekat. Kejadian serupa belum pernah terjadi selama
bertahun-tahun. Banyak yang menyimpulkan kalau semua itu adalah ulah manusia
tapi sampai sekarang siapa pelakunya masih belum diketahui.
Sejak kejadian kebakaran pertama di Gunung
Sindoro, Archie dan ketiga temannya sudah mulai curiga dengan keanehan yang
melanda Wonosobo. Mereka sama-sama masuk Pecinta Alam dan tidak jarang
naik-turun gunung. Itu yang mumbuat mereka curiga. Pecinta Alam sudah
mengkritik pemerintah kota setelah kebakaran yang terjadi di Gunung Sumbing,
namun tidak pernah ditanggapi serius. Padahal, kondisi alam di Dieng, Sindoro
dan Sumbing sudah sangat parah, bahkan mendekati kehancuran.
ý
ý ý ý
ý ý ý
Malam
hari yang dingin seperti biasa, Archie sedang berada di alun-alun bersama teman
Pecinta Alamnya. Karena hari ini hari Sabtu, suasana alun-alun sangat ramai
dengan muda-mudi yang sedang hangout dengan teman atau bersama pasangannya. Para
pedagang juga masih berderet rapi dipinggir alun-alun meski hari sudah malam.
Dio dan Ike yang notabene saudara sepupu masih belum datang membuat Archie dan
Rudi yang frustasi berniat untuk jalan-jalan memutari alun-alun. Sepanjang
jalan mereka terus membahas tentang kejadian yang melanda Wonosobo karena
sampai sekarang, mereka belum juga menemukan kebenarannya. Hingga dua orang
yang ditunggu datang dengan nafas tersengal.
“
Berita terbaru!!!! Berita terbaru!!!!” teriak Dio dari kejauhan membuat Archie,
dan Rudi berusaha kabur karena malu dengan sifat Dio yang terlalu lebay.
“
Ada apa sih? Pake’ acara lari-larian segala… kurang kerjaan banget.”
“
Ada… ada berita… berita ter…”
“
Mending kamu duduk sambil ngatur nafas, baru setelah itu ngomong ke kita ada
berita terbaru apa.”
“
OKE!... OKE!” beberapa menit kemudian Dio dan Ike mulai mencerita berita
terbaru yang mereka tahu. “ Bapak… bapakku baru pulang dari kantor dan bilang
kalau semalam para petugas dari Dinas Kehutanan yang lagi patroli di Gunung
Kembang menemukan benda mirip sayap kupu-kupu kertas… eh, bukan… mirip sayap
kupu-kupu yang udah mengering. Warnanya silver, tapi anehnya sayap itu langsung
hancur kalau dipegang… lebar satu sisi sayapnya hampir segini.” jelas Dio
sambil merentangkan kedua tangannya.
“
Ayahmu ikut patroli juga?”
“
Iya… Bapaknya Dio juga kasih lihat kita foto-fotonya. Nih…” kata Ike sambil
memperlihatkan foto benda yang mirip sayap kupu-kupu tersebut.
Tiba-tiba
Archie merasakan dadanya berdetak kencang dan kakinya menjadi lemas. Teman-temannya
yang bingung memapah Archie ke paseban
alun-alun depan kantor bupati Wonosobo dan memberikannya teh hangat. Archie
terus saja menutup matanya sambil memegang dadanya yang terasa sakit. Dia
seperti melihat bayangan seseorang dengan badannya yang besar dan bersayap!
“
Archie… Archie bangun…” kata Ike menggoncang-goncangan tubuh Archie agar
bangun.
“
Eng…”
“
Archie kamu kenapa sih? Tiba-tiba jadi aneh gini?” tanya Dio khawatir,
sedangkan Archie hanya terdiam sambil berpikir tentang ‘penglihatan’ itu.
“
Jangan bilang kalau kamu kesurupan…”
“
Jangan ngaco’… nggak tahu kenapa,
tiba-tiba dadaku sakit waktu lihat foto itu.”
“
Emangnya ada apa sama foto itu?”
“
Aku nggak tahu…”
“
Kamu yang ngrasain kenapa nggak tahu?”
“
Pulang aja yuk, udah malem nih.” kata Archie berusaha mengalihkan pembicaraan.
“
Terus rapat kita gimana?”
“
Ditunda sampai besok.”
“
Besok katanya kita mau ke Dieng…”
“
Kita sekalian rapat disana… udah ah, aku mau pulang.”
“
Aku ikuuuutttt!!!!!!!!” sahut Ike sambil mengekor Archie yang terus saja
memegangi kepalanya yang masih terasa sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar